Sunday, December 03, 2006

Poligami

Pagi ini, gw membaca berita di koran PR halaman pertama paling bawah tentang Aa Gym yang sudah menikah lagi, berpoligami. Sebenarnya sudah sejak kemarin gw mendengar kabar itu dari suami. Tapi masih belum yakin karena belum ada pernyataan langsung dari yang bersangkutan.

Poligami, gw percaya, menjadi salah satu kata yang ‘ditakuti’ oleh banyak perempuan (terutama yang sudah bersuami). Sebagian besar dari mereka memandangnya dengan sinis. Terus terang gw juga agak ‘takut’ dengan kata tersebut, walaupun tidak memandang sinis terhadapnya. Ketakutan gw berkisar pada apakah gw bisa bertahan kalau suami berpoligami (walaupun misalnya itu dengan istri yang lebih tua dari gw, lebih jelek, atau bahkan pilihan gw sendiri..heu..heuy..pilihan gw? Ga deh kayaknya…). Kebayang engga sih, suami yang biasa bercanda, makan bersama, pergi bersama, tidur bersama hanya dengan kita; trus dia bercanda, makan, pergi, tidur, berdua saja dengan perempuan lain? Sakit juga ya hati ini…

Sejak sebelum menikah dengan suami, gw memang sudah menyatakan bahwa boleh-boleh saja dia memiliki istri lagi (berpoligami). Karena gw menyadari banyak keterbatasan gw sebagai seorang istri. Tetapi tentunya dengan persetujuan gw. Jadi gw wanti-wanti kepada suami, kalau memang nanti ada perempuan yang dia suka, jangan main di belakang, tapi harus langsung bilang. Ya, bukan berarti gw ingin atau berharap hal itu terjadi, ga sama sekali (Naudzubillah…jangan ya Allah…jangan sampai…) Tapi kan paling engga untuk menghindarkan rasa lebih sakit hati lagi, kalau kita tahu suami ternyata punya istri lagi setelah bertahun-tahun kemudian, atau kita tahu dari orang lain. Memang kemudian pernyataan kesediaan gw dipoligami itu, akhir-akhir ini berubah. Boleh saja dia berpoligami, tapi kalau gw ga tahan, gw pasti minta pisah (cerai). Kesannya jadi kayak yang ngancem ya…padahal…emang iya…he..he...

Kalau ada yang berpikiran, masa sih seorang istri bisa berpikiran seperti itu? Baik banget ya? Kalau buat gw bukan masalah baik atau engga, entah kenapa gw tidak terlalu merasa ketakutan dengan masalah berpoligami ini. Tapi mungkin juga karena gw belum pernah mengalaminya. Bagi perempuan lain yang pernah mengalami (diselingkuhi suami), bisa saja itu menjadi trauma baginya. Dan memang sejauh ini, gw jarang berpikiran suami berpoligami. Mungkin karena suami juga tidak pernah memberikan tanda-tanda ke sana, bahkan kalau gw menyatakan boleh-boleh saja dia berpoligami, dia hanya berkomentar: “ah…punya satu istri aja repot, apalagi dua, tiga, atau empat…bisa pecah nih kepala”. Dan satu hal lagi, suami percaya, anak-anak manapun dalam hati kecilnya pasti tidak akan pernah rela kalau ayahnya berpoligami. Jadi alasan utamanya adalah dia ga mau menyakiti anak-anak.

Gw ga tau apakah berpoligami itu wajar bagi seorang laki-laki. Gw sendiri ga pernah terlalu menyalahkan laki-laki (yang tentunya banyak….eh…banyak kah?..entahlah… ‘mendukung’ poligami). Karena memang ada dalilnya di Al Qur’an, selain dari itu Nabi Muhammad SAW juga melakukannya. Hanya saja, yang perlu diperhatikan adalah kelanjutan dari ayat di Al Qur’an yang menyatakan boleh berpoligami itu. Gw coba sitir di sini: “…, maka kawinilah perempuan-perempuan yang kamu sukai, dua, tiga, dan empat; tetapi kalau kamu kuatir tidak dapat berlaku adil, hendaklah satu saja… (Annisa: 3)”. Coba perhatikan kalimat yang dicetak miring. Itulah kelanjutannya, bahwa boleh berpoligami asal adil. Bukan hanya adil harta (material) tetapi juga adil dalam hal hati, cinta dan kasih sayang (immaterial). Kalau adil harta mungkin bisa tapi untuk adil hati, cinta, kasih sayang...? Mmm…ternyata ga mudah kan persyaratannya…

Kemudian, kalau menurut riwayat, Nabi Muhammad SAW melakukan dengan alasan yang mulia. Karena beliau ingin menolong perempuan tersebut (misalnya janda tua miskin) sehingga kehidupan perempuan itu terjamin tanpa mengundang fitnah (kalau ga dinikahi, bisa-bisa dicurigai berzinah, karena setiap bulan menafkahi perempuan itu). Tapi coba kita lihat orang-orang yang berpoligami (orang-orang terkenal tentunya, kalau orang-orang biasa kan ga ada beritanya di koran, mana bisa kita tau). Mungkin iya mereka beralasan ingin menolong perempuan itu agar kehidupannya terjamin. Tapi apakah mereka akan tetap menolongnya kalau perempuan itu tua (berumur di atas 50 misalnya), buruk rupa, dan/atau cacat fisik misalnya? Ga janji deh…

Semua berpulang pada pribadi masing-masing. Kalau memang merasa diri mampu memenuhi persyaratan untuk berpoligami menurut agama (Islam), dan istri yang lain beserta anak-anaknya mengizinkan (ikhlas maksudnya); silakan saja. Hanya bagi orang-orang terkenal, tentunya juga harus mau menerima ‘penilaian’ dari masyarakat luas yang mungkin saja bisa menurunkan ‘derajat’nya di mata masyarakat tersebut. Dan terakhir, mudah-mudahan hal itu tidak terjadi pada gw…

15 comments:

ambudaff said...

Iya. Ambu juga udah bilang sama si Abah, kalau memang mau poligami silakan saja. Tapi kalau anak-anak ada apa-apa (seperti sekarang kalau Daffa sakit dia pasti minta dikeloninnya sama Abah) pasti Ambu tarik Abah buat nemenin anak-anak, walaupun lagi 'giliran' di sono.

Trus abah bilang: Poligami? Satu aja ga abis, mau dua, tiga, empat.. Hihi..

Leny Puspadewi said...

Ya, Teh. Syukur alhamdulillah suami2 kita berpandangan spt itu. Mudah-mudahan, mereka tetap memegang pandangan mereka spt itu (bhw berpoligami itu ga gampang, jd mereka enggan dan ga pernah berniat untuk berpoligami sam sekali)...Amin.

arman said...

Ephhh.....poligami. Adalah pilihan masing2 orang untuk menjalani atau tidak menjalaninya.

Prinsip yang bagus tuh mbak. Salut....

Leny Puspadewi said...

Betul sekali, Man. Itu sih 'hak' setiap orang untuk memilih atau tidak. Dan setiap pilihan itu ada konsekuensinya.

Ehem...prinsip yang bagus ya...mudah-mudahan bisa bertahan terus ya...

Donnie said...

HIDUP MONOGAMI!!

Niken said...

saya sih tidak bisa meng-ikhlaskan-kan poligami...
menurut saya yang paling di korbankan dalam masalah ini adalah anak-anak, bukankah mereka membutuhkan figur ayah dan menginginkan kasih sayang dalam suatu keluarga yang utuh...?!jangan egois deh!

Mengapa tidak berpoligami dengan para janda-janda tua atau janda tak berpunya yang memiliki anak banyak? yang sering terjadi adalah pilihan dengan yang lebih muda dan tentu saja agak sedikit cantik atau lebih cantik sekalian... hehehe

Teh puspa akhirnya saya sekarang sudah bisa komentar

Leny Puspadewi said...

Donnie >> Hidup juga! Moga-moga hidup terus ya, monogami...

Niken >> Syukurlah udah bisa masuk ke komen. Memang, siapa sih yg ikhlas 'berbagi' suami, makanya sy jg tidak mau hal itu terjadi. Itulah, kadang-kadang (atau seringkali?) agama dijadikan alasan untuk melampiaskan 'hasrat' seks (kaum laki2). Sementara kaum perempuan banyak yang tidak bisa melakukan apa2 untuk meminta 'keadilan' bagi dirinya. Semua itu kan kembali kepada 'sistem' yang melingkupi kita (patriarkal--laki2 minded), kaum perempuan banyak 'dirugikan' (tersingkirkan). Sebenernya sekarang udah lumayan, mulai banyak yang menyuarakan kaum perempuan. Tapi hati-hati bisa kebablasan, berlebihan gitu...eh kok panjang amat bales komennya..nanti deh insyaAllah sy bikin tulisan lagi tentang hak perempuan.. Thx ya komennya...

Zilko said...

Klo di agama saya ga boleh ada yg namanya cerai, apalagi poligami... :D

Orang skrg berpoligami kayanya nih, cuma mau senengnya doank, tanpa melihat kenapa koq poligami itu diizinkan menurut agamanya... .

Leny Puspadewi said...

Zilko >> Iya, Zil. Mungkin kebanyakan orang begitu, beralasan agama buat kesenangan belaka. Mudah2an para temen2 blogger cowokku ga gitu ya...

Ocha said...

mau comment...tp apa yah?... emmm,7&an nikah "rasa cinta, keinginan memperbanyak / memperbaiki keturuanan, sebagai pelampiasan nafsu sex, memperluas ikatan keluarga dan alasan lainnya dimana hal tersebut merupakan jalanyang benar/legal setidaknya terhormat"

nah lihat deh, klo itu suami poligamy krn nafsu sex... mk tak akan habisnya ide menikah lg dtg!

Diluar itu, terlebih jk bendera yg dikibarkan adalah Sunnah Rasul... mk pertimbangkan u/ikhlas dr pd menggunting hubungan suami-istri "cerai" yg dilaknat Allah!

Masalahnya, benarkah suami bs Adil? ataukan hanya mempersenjatai diri dgn sunah Rasul lalu berpoligamy? hanya istri yang mampu menilainya!!!

Yanti Wyant said...

Wah..dimana2 ceritanya Poligami :), kalau ada suami mo poligami karena kekurangan dari istri pertama....duhhh itu berarti cintanya ngak sepenuhnya...kan kalau mencintai seseorang tidak hanya kelebihannya saja tapi juga kekurangannya. Kalau niatnya mo nolong kan ngak usah dijadiin istri. Anyway...no matter what the reason are , Poligami is bad.
Take Care

Leny Puspadewi said...

Ocha >> Begitulah Cha, kalau ada 'kesempatan', nafsu selalu menggoda. Jadi banyak pria berpoligami memanfaatkan 'kesempatan' itu... Mudah-mudahan kita terhindar dari itu ya...

Yanti CT >> Ya...namanya juga 'godaan', ada juga yang ga tahan...

Lisette Marsya Leepel said...

Wah lagi heboh poligami niy... Walaupun belum nikah dan dalam kepercayaanku poligami/cerai tdk dibenarkan.. tapi kan ga boleh takabur bukan??

Bagi suami yang berpoligami, mungkin saja istri bisa ikhlas... tapi apabila ini terjadi pada pernikahan putri atau adik perempuannya? Dilubuk hatinya seorang ayah/kakak pasti akan sedih?? Apa yang ditanam, itu yang dituai... mudah2an contoh baik yang ditanam oleh orang tua melalui pernikahannya, berbuah baik dalam kehidupan anak2...

HIDUP MONOGAMI!!! Doain kita yah mba. Jangan jauh2 supaya tetap monogami, supaya cepat menikah aja deh hehehe

fareez said...

dimana mana ngomongin ini....

Leny Puspadewi said...

fareez >> iyalah...kita kan makhluk sosial. Kalo lingkungan kita lg heboh sesuatu hal, mau ga mau kita ketarik juga buat ke sana (walopun belum tentu ikut heboh). Aku pikir, aku juga ga heboh kan, Reez....? :);)